Jumat, 06 Juli 2012

Mahaniwa, PinuPahar, Sumba Timur

Mahaniwa adalah desa terjauh dari Waingapu, ibukota Sumba Timur.
Hal yang paling menarik untuk diceritakan dari Mahaniwa adalah perjalannya yang begitu luar biasa. Untuk sampai ke tempat ini, diperlukan waktu minimal 8 jam dengan menaiki kendaraan umum tradisional yang biasa disebut dengan Oto kol (Bus Kayu). Bus kayu adalah sebuah truk yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi kendaraan penumpang. Ada sekitar 5 - 7 papan yang dipalangkan antara sisi kiri dan kanan truk sehingga menjadi tempat duduk. Sandarannya pun terbuat dari benda serupa dengan ukuran serupa pula. Kursi dan sandaran ini sengaja didesain 'bongkar-pasang' agar sewaktu-waktu bisa dibongkar dan dipasang kembali ketika banyak muatan yang berupa barang ataupun hewan.
Kendaraan luar biasa ini dapat menampung apa saja, tidak peduli berapapun jumlahnya.
Pernah suatu hari dalam perjalanan menuju Waingapu, kami terpaksa harus berdesak-desakan dengan puluhan penumpang beserta binatang ternaknya. Lengkap. Mulai dari kuda, babi, kambing, kerbau, sapi, dan ayam.
Parahnya, kambing yang diikat di atas tenda truk, saat itu benar-benar tidak bersahabat. Tas kami yang ditumpuk di bagian depan, basah semua terkena air kencing si kambing. Sehingga ketika kami tiba di Waingapu, seluruh badan dan bawaan kami bau pesing akibat terkena air kencing kambing.

Oto kol yang kami tumpangi, tidak selalu dapat mengantar kami sampai di Mahaniwa. Ketika musim hujan, Oto hanya sampai di desa Ramuk. Kami harus berjalan kaki memikul barang-barang belanjaan dari kota Waingapu. jalan yang ditempuh bukanlah jalan datar, tapi jalan setapak yang licin dan mendaki.

Terlebih saat hujan lebat, maka Oto hanya mampu mengantar kami sampai di desa Katikuwai, di seberang sungai. Sebab pada saat hujan lebat, air sungai Katikuwai meluap sehingga tidak mungkin lagi bisa di tembus dengan kendaraan apapun.

Kami harus menyebrangi sungai tersebut dengan berpegangan pada tambang yang telah diikatkan dari seberang sungai. Kemudian menembus hutan mengikuti jalan pintas untuk menuju Mahaniwa.




Namun demikian, di samping perjalanan yang mengharukan itu, desa Mahaniwa benar-benar desa yang menyenagkan.
Masyarakat yang ramah. Tanah yang subur. Air yang jernih mengalir deras dari mata air yang tak pernah kering sepanjang tahun.

Sungguh setahun yang tak bisa dilupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar